RIWAYAT HIDUP KH. SYAMSURI
Syamsuri , lahir di dukuh plukasan desa banjiran kecamatan warungasem, tepatnya perbatasan dengan desa masin, lahir pada tahun + 1914 M. Dia putra pertama dari 7 bersaudara, 4 laki-laki, 3 perempuan (Syamsuri, Siti, Ahmad, Danuri (menjadi TNI di kuningan jawa barat sampai meninggal), Kulsum, Suyuti, Wasripah), dari pasangan pak Sarwan dengan ibu Kaspi, keluarga yang pas pasan. Keturunan sejati adalah keturunan sesudahnya, bukan sebelumnya. Sehingga untuk menjadi orang besar tidak harus dari keturunan orang besar atau kyai.
KH. Syamsuri waktu kecil banyak digunakan untuk belajar, pagi sekolah SR, habis sholat dhuhur ngaji Al-quran, kalau malam ikut ngaji kepada KH. Makhfudz (ayah KH. Miftah Makhfudz masin), Kyai Kasmali banjiran, Kyai Ahmad warungasem. bersama sahabatnya yaitu KH. Abdul Wahab masin, setelah itu mereka meneruskan kepondok pesantren KH. Maliki bin KH. Khomsah landungsari, walaupun laju/tidak menetap.
Diceritakan bahwa syamsuri bukan dari keturunan terhormat, syamsuri adalah keturunan seorang brandal, dia ingin sekali mondok, seperti teman-temanya yaitu, Abdul Wahab Siraj, Muhtadi Makhfudz, tetapi disisi lain melihat sang ibu dan adik-adiknya yang masih kecil-kecil, untuk makan sehari-hari saja tidak cukup, syamsuri juga anak pertama, ia merasa kasihan kepada orang tuanya.
Dia sudah banyak mendengar bahwa di desa simbang jenggot (nama dahulu untuk sebutan desa jenggot) dan sekitarnya adalah gudang para ulama’ dan kyai, seperti KH. Nur Hadi bin KH. Ilyas, KH. Shidiq bin Nur Muslim, KH. Rosul bin KH. Husein, KH. Munawir, KH. Thohir bin Abdullatif, KH. Ahmadun, KH. Abdus Shomad, KH. Mawardi dll, makanya ia memilih desa jenggot, karena bisa di tempuh dengan berjalan kaki.
Setelah itu, beliau pergi kedesa jenggot bekerja sambil mencari ilmu/ngaji kitab-kitab feqih, diantaranya kepada : KH. Nurhadi. Setelah lumayan lama dia belajar dengan KH. Nur Hadi, dan lumayan banyak ilmu yang di dapat dari beliau, dan beliau pun melanjutkan kepada Guru yang lain, seperti; KH. Munawir, KH. Thohir bin Abdul Latif, KH. Abdushomad, dll.
Beda dengan kyai yang satu ini, kebanyakan para ulama’/kyai itu putra kyai (keturunan kyai) dan mondok di pesantren-pesantren terkenal, sebaliknya syamsuri belajar kepada ulama’ dan kyai didesanya sendiri, di desa jenggot, pekalongan dan sekitarnya, baginya ilmu sama saja, yang penting mempunyai himmah (cita-cita) yang tinggi, kemauan dan kesabaran. sehingga banyak ulama’ , kyai yang menyatakan kekagumannya. Diantaranya KH. Miftah masin, menurut beliau KH. Syamsuri sebenarnya bertabiat keras, penyabar dan ilmunya biasa biasa saja, tetapi istiqomah dan manfaat ilmunya yang luar biasa.
A.GURU-GURU KH. SYAMSURI,
Sebagaimana diceritakan sebelumnya, dan seperti kyai-kyai yang lain beliau mempunyai guru-guru, dari guru Al-quran, feqih, sampai guru thoriqoh. Di antaranya; KH. Makhfudz masin, KH. Maliki bin KH. Khomsah landungsari, Kyai Kasmali banjiran, KH. Ahmad warungasem, dan setelah pergi kedesa jenggot beliau berguru kepada; KH. Nur Hadi (pendiri musholla Nurul Hadi), KH. Munawir (pendiri musholla Al-Munawir), KH. Thohir bin Abdullatif (pendiri Masjid Ar-Rohmah kradenan), KH. Abdus Shomad (jenggot gg 6), KH. Mawardi (pendiri musholla Khusnul Khotimah dan, KH. Shidiq ( pendiri masjid As-Shidiq dan kholifah thoriqoh Al-Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), Al- Habib Ali bin Ahmad Al-Attas, KH. Abdul Ghofur (mursyid thoriqoh Al-Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), puton wonopringgo dll.
B.DAKWAH DAN PERJUANGAN KH. SYAMSURI
KH. Syamsuri terpanggil untuk dakwah, menyampaikan ilmu yang sudah diperoleh dari guru-gurunya, dan juga atas perintah dari gurunya KH. Shidiq. Awalnya KH. Syamsuri takut, ragu dan malu pada dirinya sendiri, aku ini siapa ?, kemudian dia menghadap (sowan) kepada gurunya Al-Habib Ali bin Ahmad Al-Attas. Beliaupun bertambah mantap atas nasihat yang diberikan oleh gurunya Al-Habib Ali bin Ahmad Al-Attas.
Singkat cerita, KH. Syamsuri memulai dakwahnya pada tahun 1956 M. Beliau mulai dari desanya sendiri yaitu banjiran, dan sekitarnya. Karena didaerah tersebut, memang sangat membutuhkan ulama’ dan kyai, karena masih kering dan gersang akan siraman rohani dari para ulama’, dan karena di daerah tersebut kebanyakan sarang penjahat, perampok, sarang kemaksiatan.
Dalam waktu singkat, KH. Syamsuri menambah daerah dakwahnya, dari kalibeluk, cepagan, kaliwareng, candi areng, sawahjoho, sejono, jemawu, pesaren, cluluk, dan sekitarnya. Sampai daerah Bendan kota pekalongan dan sekitarnya. Setelah beberapa tahun beliau jalani dakwah dengan sabar, ulet, dan telaten, setiap pagi, siang dan terkadang malam hari dengan mengendarai sepeda kesayangannya (sepeda gasela), Beliau tidak pernah lelah untuk dakwah.
Perjuangan KH. Syamsuri tidak lepas dari bantuan teman dan sahabatnya seperti, Kyai Amin bin KH. Maliki landungsari, KH. Abdul Wahab masin, Kyai Umar Hamdan bin Ahmad warungasem, KH. Muhtadi bin KH. Makhfudz, KH. Yusuf bandengan, KH. Khamim Badur simbang wetan, KH. Ahmad Anwas banjiran, KH. Abdullah paninggaran, KH. Sanusi Pandansari, Lebe Mustaram jenggot, KH. Zainuri karangdowo, Mbah Datuk sragi dll.
C.PELOPOR BERDIRINYA MASJID & MUSHOLLA
DISEKITAR WARUNGASEM
Memang KH. Syamsuri di desa jenggot hanya seorang pendiri musholla, , tetapi ternyata dibalik itu, beliau adalah pendiri masjid dan musholla di sekitar kecamatan warungasem pada tahun 1968, sperti; Masjid Jami’ “At-Taqwa” kaliwareng, Masjid Jami’ “Khusnul Khotimah” sawahjoho, dll.. Dan setelah pembangunan masjid maupun musholla itu selesai/sempurna, maka para santri santri beliau yang ada didaerahnya disuruh untuk merawat, dan mengurusnya.
Alhamdulillah jasa KH. Syamsuri, sehingga desa-desa tersebut, digembleng dengan kitab safinah, fasholatan, dll, yang sebelumnya sarang penjahat, perampok, dan kemaksiatan, bahkan gersang akan agama, siraman rohani, tidak mengerti sesuci, wudu, sholat, akhirnya banyak orang tahu ngaji, sholat, dan wudlu, Semoga amal beliau bermanfaat dan diterima oleh Allah SWT.
D.MURID MURID KH. SYAMSURI
Diantara santri-santri beliau yang meneruskan perjuangan beliau antara lain ; Kyai Karzen sawah joho, KH. Abdul Bari klopo godo candiareng, kyai Umar sawahjoho, kyai Ustman sawahjoho, kyai Tasari sawahjoho, KH. Warda’i kaliwareng, kyai Mukhyiddin jemawu (badal KH. Samsuri), Kyai Sambari karangjati kedungwuni, KH. Mukhtar karangdadap, Kyai Surip bendan, KH. Busairi simbangkulon, dll.
E.WAFAT KH. SYAMSURI
Hari-hari beliau tidak lepas dari kegiatan bernuansa ibadah, mulai imam sholat maktubah, segala bentuk sholat sunah, ritual dzikir thoriqoh yang istiqomah, kegiatan dakwah.
, Tepat setelah selang satu minggu beliau sakit, hanya terbaring di tempat pembaringannya, yaitu tepatnya malam jum’at legi jam 22.00, tanggal 4 februari 1983 M, bertepatan dengan 21 Robiu tsani 1403.H. Isak tangis yang begitu mengharukan dari keluarga, kerabat, serta santri dan masyarakat pada umumnya, mengiringi kepergian KH. Syamsuri keharibaan Allah. Beliau meninggal di usia 69 tahun, meninggalkan seorang istri, dan beliau tidak meninggalkan keturunan, hanya meninggalkan mushollla dan santri-santrinya yang tersebar luas di pekalongan, batang dan sekitarnya. Semoga beliau selalu dalam rahmatNya dan ditempatkan pada tempat di mana orang-orang sholih ditempatkan. Amin…….
F.KHAUL KH. SYAMSURI
Haul beliau dilaksanakan setiap bulan dzulhijjah, yaitu tanggal 19 dzulhijjah, bersama dengan haul Syaikh Datuk Abdullah Iman jenggot, yang makamnya ada di utara musholla beliau, dan dipercaya tokoh penyebar agama islam di desa jenggot dan sekitarnya, maka dari itu, haul kedua tokoh dukuh ngalangonan desa jenggot (nama dahulu), dijadikan satu,
KH. Syamsuri waktu kecil banyak digunakan untuk belajar, pagi sekolah SR, habis sholat dhuhur ngaji Al-quran, kalau malam ikut ngaji kepada KH. Makhfudz (ayah KH. Miftah Makhfudz masin), Kyai Kasmali banjiran, Kyai Ahmad warungasem. bersama sahabatnya yaitu KH. Abdul Wahab masin, setelah itu mereka meneruskan kepondok pesantren KH. Maliki bin KH. Khomsah landungsari, walaupun laju/tidak menetap.
Diceritakan bahwa syamsuri bukan dari keturunan terhormat, syamsuri adalah keturunan seorang brandal, dia ingin sekali mondok, seperti teman-temanya yaitu, Abdul Wahab Siraj, Muhtadi Makhfudz, tetapi disisi lain melihat sang ibu dan adik-adiknya yang masih kecil-kecil, untuk makan sehari-hari saja tidak cukup, syamsuri juga anak pertama, ia merasa kasihan kepada orang tuanya.
Dia sudah banyak mendengar bahwa di desa simbang jenggot (nama dahulu untuk sebutan desa jenggot) dan sekitarnya adalah gudang para ulama’ dan kyai, seperti KH. Nur Hadi bin KH. Ilyas, KH. Shidiq bin Nur Muslim, KH. Rosul bin KH. Husein, KH. Munawir, KH. Thohir bin Abdullatif, KH. Ahmadun, KH. Abdus Shomad, KH. Mawardi dll, makanya ia memilih desa jenggot, karena bisa di tempuh dengan berjalan kaki.
Setelah itu, beliau pergi kedesa jenggot bekerja sambil mencari ilmu/ngaji kitab-kitab feqih, diantaranya kepada : KH. Nurhadi. Setelah lumayan lama dia belajar dengan KH. Nur Hadi, dan lumayan banyak ilmu yang di dapat dari beliau, dan beliau pun melanjutkan kepada Guru yang lain, seperti; KH. Munawir, KH. Thohir bin Abdul Latif, KH. Abdushomad, dll.
Beda dengan kyai yang satu ini, kebanyakan para ulama’/kyai itu putra kyai (keturunan kyai) dan mondok di pesantren-pesantren terkenal, sebaliknya syamsuri belajar kepada ulama’ dan kyai didesanya sendiri, di desa jenggot, pekalongan dan sekitarnya, baginya ilmu sama saja, yang penting mempunyai himmah (cita-cita) yang tinggi, kemauan dan kesabaran. sehingga banyak ulama’ , kyai yang menyatakan kekagumannya. Diantaranya KH. Miftah masin, menurut beliau KH. Syamsuri sebenarnya bertabiat keras, penyabar dan ilmunya biasa biasa saja, tetapi istiqomah dan manfaat ilmunya yang luar biasa.
A.GURU-GURU KH. SYAMSURI,
Sebagaimana diceritakan sebelumnya, dan seperti kyai-kyai yang lain beliau mempunyai guru-guru, dari guru Al-quran, feqih, sampai guru thoriqoh. Di antaranya; KH. Makhfudz masin, KH. Maliki bin KH. Khomsah landungsari, Kyai Kasmali banjiran, KH. Ahmad warungasem, dan setelah pergi kedesa jenggot beliau berguru kepada; KH. Nur Hadi (pendiri musholla Nurul Hadi), KH. Munawir (pendiri musholla Al-Munawir), KH. Thohir bin Abdullatif (pendiri Masjid Ar-Rohmah kradenan), KH. Abdus Shomad (jenggot gg 6), KH. Mawardi (pendiri musholla Khusnul Khotimah dan, KH. Shidiq ( pendiri masjid As-Shidiq dan kholifah thoriqoh Al-Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), Al- Habib Ali bin Ahmad Al-Attas, KH. Abdul Ghofur (mursyid thoriqoh Al-Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), puton wonopringgo dll.
B.DAKWAH DAN PERJUANGAN KH. SYAMSURI
KH. Syamsuri terpanggil untuk dakwah, menyampaikan ilmu yang sudah diperoleh dari guru-gurunya, dan juga atas perintah dari gurunya KH. Shidiq. Awalnya KH. Syamsuri takut, ragu dan malu pada dirinya sendiri, aku ini siapa ?, kemudian dia menghadap (sowan) kepada gurunya Al-Habib Ali bin Ahmad Al-Attas. Beliaupun bertambah mantap atas nasihat yang diberikan oleh gurunya Al-Habib Ali bin Ahmad Al-Attas.
Singkat cerita, KH. Syamsuri memulai dakwahnya pada tahun 1956 M. Beliau mulai dari desanya sendiri yaitu banjiran, dan sekitarnya. Karena didaerah tersebut, memang sangat membutuhkan ulama’ dan kyai, karena masih kering dan gersang akan siraman rohani dari para ulama’, dan karena di daerah tersebut kebanyakan sarang penjahat, perampok, sarang kemaksiatan.
Dalam waktu singkat, KH. Syamsuri menambah daerah dakwahnya, dari kalibeluk, cepagan, kaliwareng, candi areng, sawahjoho, sejono, jemawu, pesaren, cluluk, dan sekitarnya. Sampai daerah Bendan kota pekalongan dan sekitarnya. Setelah beberapa tahun beliau jalani dakwah dengan sabar, ulet, dan telaten, setiap pagi, siang dan terkadang malam hari dengan mengendarai sepeda kesayangannya (sepeda gasela), Beliau tidak pernah lelah untuk dakwah.
Perjuangan KH. Syamsuri tidak lepas dari bantuan teman dan sahabatnya seperti, Kyai Amin bin KH. Maliki landungsari, KH. Abdul Wahab masin, Kyai Umar Hamdan bin Ahmad warungasem, KH. Muhtadi bin KH. Makhfudz, KH. Yusuf bandengan, KH. Khamim Badur simbang wetan, KH. Ahmad Anwas banjiran, KH. Abdullah paninggaran, KH. Sanusi Pandansari, Lebe Mustaram jenggot, KH. Zainuri karangdowo, Mbah Datuk sragi dll.
C.PELOPOR BERDIRINYA MASJID & MUSHOLLA
DISEKITAR WARUNGASEM
Memang KH. Syamsuri di desa jenggot hanya seorang pendiri musholla, , tetapi ternyata dibalik itu, beliau adalah pendiri masjid dan musholla di sekitar kecamatan warungasem pada tahun 1968, sperti; Masjid Jami’ “At-Taqwa” kaliwareng, Masjid Jami’ “Khusnul Khotimah” sawahjoho, dll.. Dan setelah pembangunan masjid maupun musholla itu selesai/sempurna, maka para santri santri beliau yang ada didaerahnya disuruh untuk merawat, dan mengurusnya.
Alhamdulillah jasa KH. Syamsuri, sehingga desa-desa tersebut, digembleng dengan kitab safinah, fasholatan, dll, yang sebelumnya sarang penjahat, perampok, dan kemaksiatan, bahkan gersang akan agama, siraman rohani, tidak mengerti sesuci, wudu, sholat, akhirnya banyak orang tahu ngaji, sholat, dan wudlu, Semoga amal beliau bermanfaat dan diterima oleh Allah SWT.
D.MURID MURID KH. SYAMSURI
Diantara santri-santri beliau yang meneruskan perjuangan beliau antara lain ; Kyai Karzen sawah joho, KH. Abdul Bari klopo godo candiareng, kyai Umar sawahjoho, kyai Ustman sawahjoho, kyai Tasari sawahjoho, KH. Warda’i kaliwareng, kyai Mukhyiddin jemawu (badal KH. Samsuri), Kyai Sambari karangjati kedungwuni, KH. Mukhtar karangdadap, Kyai Surip bendan, KH. Busairi simbangkulon, dll.
E.WAFAT KH. SYAMSURI
Hari-hari beliau tidak lepas dari kegiatan bernuansa ibadah, mulai imam sholat maktubah, segala bentuk sholat sunah, ritual dzikir thoriqoh yang istiqomah, kegiatan dakwah.
, Tepat setelah selang satu minggu beliau sakit, hanya terbaring di tempat pembaringannya, yaitu tepatnya malam jum’at legi jam 22.00, tanggal 4 februari 1983 M, bertepatan dengan 21 Robiu tsani 1403.H. Isak tangis yang begitu mengharukan dari keluarga, kerabat, serta santri dan masyarakat pada umumnya, mengiringi kepergian KH. Syamsuri keharibaan Allah. Beliau meninggal di usia 69 tahun, meninggalkan seorang istri, dan beliau tidak meninggalkan keturunan, hanya meninggalkan mushollla dan santri-santrinya yang tersebar luas di pekalongan, batang dan sekitarnya. Semoga beliau selalu dalam rahmatNya dan ditempatkan pada tempat di mana orang-orang sholih ditempatkan. Amin…….
F.KHAUL KH. SYAMSURI
Haul beliau dilaksanakan setiap bulan dzulhijjah, yaitu tanggal 19 dzulhijjah, bersama dengan haul Syaikh Datuk Abdullah Iman jenggot, yang makamnya ada di utara musholla beliau, dan dipercaya tokoh penyebar agama islam di desa jenggot dan sekitarnya, maka dari itu, haul kedua tokoh dukuh ngalangonan desa jenggot (nama dahulu), dijadikan satu,
0 komentar:
Posting Komentar