Hay friends, Dengerin lagu yuks
Hehehehe ..
Hay friends,,,??
My Name is Irvan Efendy
I am Indonesian people
Aye ingin sekali jadi artiss :) HeHeHee...
Hopefully all useful
Thank you .



PEDULI ANAK YATIM DAN DHUAFA'

Kamis, 28 Januari 2016

SYAIKH DATUK ABDULLAH IMAN

NGLANGONAN


SEJARAH
SYAIKH DATUK IMAN/ ABDULLAH IMAN/ DZATUL IMAN/
SYIDATUL IMAN/ R. PANGERAN JAKA LELANA
NGLANGONAN – JENGGOT - PEKALONGAN
Syaikh Datuk Abdullah Iman/ Syaikh Dzatul Iman diperkirakan hidup pada tahun 1523M. Beliau merupakan ulama’ yang hidup dimasa kerajaan Demak. Dan masih memiliki garis keturunan dengan Syaikh Jamaludin Husain (Datuk Towajo Makasar), dari istri putri Selindung Bulan/ Siti Syahirah Kelantan  Malaysia. Syaikh Jamaludin Husain menikah dengan putri syahirah diusia 80 th, pada tahun 1390M. Dan keduanya dikaruniai anak 3. 1.  Syaikh Ali Nurul alam (sultan Qonbul), 2. Syaikh Abdul Malik , dan 3. Siti Aisyah ( putri Ratna Kusuma). Syaikh Datuk Abdullah Iman bin Datuk Abdul Shomad bin Datuk Ahmad bin Datuk Abdul Malik bin Jamaludin Husain.

Ketika terjadi Penyerangan portugis keMalaka pada 24 Agustus 1511M, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Datuk Abdullah Iman ini masih usia belasan tahun, beliau menimba ilmu kepada orang tuanya sendiri dan para ulama’ diMalaka. Maka sejak saat itu para keluarga kerajaan dan para ulama' menyingkir ke negeri lain, dari sini akhirnya timbul kerajaan  kerajaan kecil diMalaysia dan sekitarnya, juga para ulama’ banyak yang menyelamatkan diri sampai kejawa.
Sedangakan Datuk Abdullah Iman diperintah oleh orangtuanya untuk hijrah kejawa yaitu keCaruban Larang ( nama kota Cirebon dahulu), karena diCirebon banyak saudara saudaranya, seperti; putra Datuk Shaleh yaitu Syaikh Abdul jalil (Syaikh Siti Jenar), Syaikh Datuk kahfi, dan diCirebon beliau diperintah untuk meneruskan belajarnya kepada saudara saudaranya. Banyak guru guru Datuk Abdullah Iman diCirebon diantaranya; Syarif Hidayatullah (sunan gunung jati), syaikh abdul jalil.
Datuk Abdullah Iman dipadepokan gunung jati menimba berbagai macam ilmu seperti halnya santri santri yang lain, seperti; diajarkan ilmu agama, cara beribadah yang benar, tasawuf (thoriqoh), membiasakan langkah dengan dzikir, juga diberi pemahaman tentang ilmu kanuragan, hikmah, pengobatan dan sebagainya. Beliau berguru diCirebon cukup lama sehingga diCirebon beliau mendapat sebutan R. Pangeran Jaka Lelana, setelah itu beliau bersama sahabatnya yaitu Pangeran Loh Sari (Maulana Maghribi) melanjutkan pengembaraanya sampai keJawa Timur yaitu diTuban, beliau berguru kepada para ulama’ diTuban termasuk Sunan Bonang.
Sama seperti halnya beliau ketika diCirebon, diTuban juga mendapat pengajaran langsung tentang ilmu-ilmu sufi (thoriqoh), karena para penyebar islam ditanah jawa dahulu tidak hanya mengajarkan ilmu syariat saja, diterangkan didalam kitab maupun buku-buku sejarah, seperti; diterangkan didalam kitab Akhlal Mustamiroh karangan As-Syaikh Abu Fadlol bahwa wali songo yang menyebarkan agama islam tidak hanya mengajarkan Ilmu syari’at saja, melainkan mengajarkan tiga ilmu yaitu; syari’at, tharikat, dan khakikat. Jadi wali songo yang menyebarkan agama islam ditanah jawa juga penganut thoriqoh, dan kebanyakan dari para beliau thoriqoh yang dianut adalah thoriqoh Qodiriyyah, Naqsyabandiyyah.
Sepeninggal sunan bonang th 1525M Datuk Abdullah Iman atau R. Pangeran jaka lelana berdakwah dan mendirikan padepokan yang bernama “Pasinggahan” yang berarti tempat singgah,  tepatnya didesa Nglirip Singgahan Tuban, dikenal dengan sebutan Syaikh Syarqowi (Dzatul Iman), diantara santri beliau  adalah Syaikh Abdul Jabbar Nglirip Tuban.
Beliau bersama sahabatnya P. Loh Sari meninggalkan Tuban untuk kembali keCirebon sambil berdakwah diperjalan, beliau sampai diPekalongan (bahasa cina “Poe-Chua-Lang”), dan pada masa itu Pekalongan masuk wilayah Pajajaran, bukan masuk wilayah Demak. Sementara padepokan pasinggahan diserahkan kepada santrinya, yaitu; Syaikh Abdul Jabbar.
Dan pada waktu itu pekalongan juga sudah banyak para ulama’ yang masih hidup dizamanya, seperti; Sayyid Husain bin Ainul Yaqin sunan Giri (pangeran Darma Kusuma) makam dowo medono, Datuk Abdul Malik Amir Al-Maghribi Depok blacanan Siwalan, Ngabehi Alwy bin R. Said sunan Muria  (Pangeran Kadilangu) Desa Kadilangu Batang, para pendiri masjid Auliya’ sapuro, dll.
Pangeran Loh sari (maulana Maghribi) memilih pantai utara atau sekarang masuk wilayah krapyak lor sebagai tempat dakwah dan pusat pendidikan. Sedangkan Datuk Syaikh Abdullah Imanmemilih tempat yang agak keselatan (sekarang Desa Jenggot), dan beliau mendirikan padepokan yang bernama “nglangonan”, sesuai dengan namanya nglangonan yang berarti “ nglangut/ sepi/ sunyi”, karena beliau adalah tokoh yang lebih suka sepi menyendiri hidup bersama dengan santri dan kawulo alit dan ingin menghindar dari urusan politik negara maupun kerajaan. Dipadepokan Nglangonan beliau dipanggil dengan sebutan syaikh Sidatul Iman atau Syaikh Syidatul Iman.
Pangeran Loh sari (maulana Maghribi) memilih pantai utara atau sekarang masuk wilayah krapyak lor sebagai tempat dakwah dan pusat pendidikan. Sedangkan Datuk Abdullah Iman memilih tempat yang agak keselatan (Jenggot), dan beliau mendirikan padepokan yang bernama “nglangonan”, sesuai dengan namanya nglangonan yang berarti “ nglangut/ sepi/ sunyi”, karena beliau ingin menghindar dari urusan politik negara maupun kerajaan. Dipadepokan Nglangonan beliau dipanggil dengan sebutan syaikh Sidatul Iman atau Syaikh Syidatul Iman.
Beliau mendirikan padepokan sebagaimana guru gurunya seperti; sunan bonang, sunan gunung jati dan yang lainnya, untuk mendidik para santri santrinya, dan beliau dipadepokan nglangonan Pekalongan ini sampai wafat dan beliau dimakamkan disekitar padepokanya. Namun seiring dengan waktu, padepokan Nglangonan seperti tak meninggalkan jejak, setelah sang pendiri padepokan wafat, serta para santri yang banyak meninggalkan padepokan untuk menyebarkan islam. Jadi beliau tidak kembali keCirebon, karena ada beberapa versi mengatakan, bahwa Datuk Abdullah Iman (P. Jaka Lelana) setelah dari Tuban beliau kembali keCirebon dan makamnya ada diCirebon bersama dengan gurunya, dikomplek makam sunan Gunung Jati, yang ada diPekalongan hanyalah petilasan saja, mengenai kebenaranya Wallahu ‘Alam. 
Kini yang tersisa hanyalah sejarah, pusara (makam beliau) dan sumur, seperti padepokan Ampel Denta sunan Ampel surabaya, padepokan gunung jati cirebon, padepokan sunan Giri, padepokan sunan bonang Tuban, dll, yang kini tinggal sejarah, telah lenyap ditelan oleh waktu.
Namun menurut riwayat dan penuturan orang-orang tua dahulu yang masih mengingat dalam memori mereka, bahwa peninggalan yang berupa surau yang berada disamping makam DatukAbdullah Iman  masih ada, pada pertengahan abad 19 atau sekitar tahun 1850M, yang dirawat oleh Datuk Abdul Majid (H. Abdul Majid).
Dan menurut Habib Mukhsin bin Syihab Bandar Batang, bahwa Kyai Ageng Pekalongan, Sayyid Ja’far Shodiq bin Tholib bin Shodiq (sunan Kudus II) dan Kyai Ageng Cempaluk pernah berguru kepada Datuk Abdullah Iman, mengenai kebenaranya Wallahu ‘Alam.
Setelah padepokan Nglangonan lenyap dan tinggal nama, kemudian pekalongan ramai kembali para penyebar islam diera kerajaan mataram, pertengahan abad 17 ( tahun 1623M) pekalongan resmi menjadi daerah kekuasaan Mataram, dengan ditandai diangkatnya pangeran Mandurorejo th 1623M sebagai bupati pekalongan pertama.
Jika ditilik mengenai sejarah tersebut di atas, maka syaikh Datuk Abdullah Iman ini merupakan tokoh penyebar islam diPekalongan fase kedua abad 16 (tahun 1560an) dan yang tertua dijenggot,  jauh sebelum wali jenggot dan yang lainnya. Maka tidak aneh, jika didaerah pekalongan hususnya didesa jenggot bertebaran makam-makam tua para penyebar agama islam, makamnya ada yang masih terawat dan tidak ada yang sudah lenyap, karena perubahan alam atau tangan jahil manusia.

0 komentar: